Jumat, November 13, 2015

Perjalanan Berkesan ke Yogyakarta. Jogja Istimewa!

Halooo yurubun... Mengumpulkan niat untuk nulis ini memang gampang-gampang susah. Kalo lagi rajin bawaannya mau nulis terus, kalau lagi malas wah bisa berbulan-bulan cerita cuma ada di pikiran saja! Hohoho (jangan ditiru ya teman2...)
Kali ini saya mau cerita tentang perjalanan singkat saya ke Jogja dan Muntilan. Yuk lanjut baca! :-D

Biasanya, saya pergi jalan-jalan hanya berdua dengan suami. Tapi kali ini sedikit berbeda, saya pergi bersama kedua orang tua saya. Bapak saya asli orang Delanggu, Klaten. Ibuk saya dari Sragen. Memang sudah 30 tahun lebih tinggal di Blitar sih, jadi bisa dibilang orang Blitar juga, haha. Tapi semua saudara masih di Jawa Tengah. Beberapa bulan yang lalu ibuk sudah ke Sragen, nah di ultah Bapak bulan Agustus kemarin saya janjikan untuk pergi ke Delanggu. Tapi akhir bulan September baru bisa terlaksana.

Kami berencana berangkat dari Mojokerto dengan kendaraan pribadi pada tanggal 24 September dini hari. Jadi, bapak dan ibuk dari Blitar ke Mojokerto terlebih dahulu via kereta tanggal 23 pagi.
Sebelumnya barang-barang yang akan kami bawa sudah saya angkut minggu sebelumnya ketika pulang ke Blitar. Jadi saat naik kereta, Bapak dan Ibuk tidak perlu membawa barang yang berat.
Tanggal 23 sore saya dan Popo menjemput di stasiun Mojokerto.

Kami berencana berangkat jam 2 pagi dari Mojokerto, namun molor akhirnya jam 3 baru berangkat.
Perjalanan menyenangkan karena jalanan sepi. Tidak ada gangguan kemacetan atau yang lainnya. Puji Tuhan. Sekitar pukul 06:30 kami sampai di Sragen, Sejak beberapa waktu memang sudah direncanakan ingin sarapan di Soto Daging Gimo Sragen. Sempat ragu juga buka atau tidak, kan hari itu Idul Adha, orang2 tentu banyak mendapat daging kurban. Tapi ternyata buka, sehinga kami bisa mengisi perut yang lapar ini.

Ini sotonya. Bisa ditambah daging/ babat bacem goreng.. Sedap! Seger banget kuahnya.

Ini dapur di Soto Daging Gimo. Masih sangat tradisional, kan?
Setelah kenyang, kami lanjutkan perjalanan ke Delanggu. Perjalanan lancar, meski sempat bingung karena oleh google maps dilewatkan jalan kampung. Kira-kira pukul 9 pagi kami sudah sampai di rumah mas Dimin, keponakan bapak. Beliau kaget karena mengira kami akan sampai siang hari.
Setelah mengobrol sejenak, sekitar pukul 10 saya dan suami melanjutkan perjalanan ke Jogja. Bapak dan ibu stay di Delanggu untuk kangen-kangenan.  

Perjalanan ke Jogja lancar, belum ada jam 11 sudah sampai di Jogja. Karena sarapan kepagian, tampaknya sudah mulai lapar lagi. Lalu saya mencari di google maps arah ke bakmi Kadin. Sepertinya selalu direkomendasikan jika ke Jogja. Setelah mampir supermarket sebentar, kami langsung ke bakmi Kadin dan pesan mi kuah untuk saya dan mi goreng untuk Popo.

Bakmi kuah dan bakmi goreng jawa legendaris

Rasa bakminya memang berbeda, mungkin karena menggunakan telur bebek. Sedap karena dimasak dengan anglo. Tapi, bakmi jawa favorit saya tetaplah mie klunthung Atroep Ondomohen, Surabaya. Hehehe... Ayo Popo ke mie klunthung! #eh
Saya rekomendasikan jika ingin ke bakmi Kadin sebaiknya siang saja, kata teman saya kalau malam rame sekali.

Perut kenyang, lalu kami lanjut check in ke hotel yang sudah saya pesan sebelumnya. Lumayan, beristirahat sejenak sebelum nanti sore ke Malioboro. :-D
Jalan-jalan kali ini memang sengaja kami hanya di sekitaran kota saja. Ke tempat-tempat mainstreamnya Jogja, lagipula memang waktunya singkat. :)
Nanti jika ada waktu lagi, ingin ke pantai-pantai atau wisata alam lainnya.

Sore hari kami berangkat ke Malioboro. Kendaraan kami parkir di dekat bank BNI, dekat dengan benteng Verdeburg. Sebelum jalan-jalan ke Malioboro, saya ke Shoping dulu, lucu ya namanya. Ini merupakan kumpulan penjual buku, letaknya di belakang Taman Pintar.
Saya membeli beberapa buku, dan memang harganya lebih murah daripada di toko buku ternama.
Beberapa buku yang saya beli

Ternyata di sekitar benteng Verdeburg itu ramai sekali penjual oleh-oleh seperti kaos, aksesoris, dll. Makanan juga banyak. Tapi karena terlalu sore, benteng sudah tutup. Kami cuma foto diluarnya saja.





Setelah berfoto, kami naik becak menuju sisi lain dari Malioboro. Agar lebih enak nantinya ketika pulang, bisa menuju parkiran.


Ada peristiwa lucu saat naik becak ini. Bisa pembaca lihat sendiri bahwa kami pasangan jumbo. Hahaha... Nah, sepertinya memang tukang becak disini senang bercerita. Beliau bercerita tentang kota Jogja, hotel-hotel baru, siapa pemiliknya, objek-objek wisata di Jogja, dll. Padahal jalan saat itu naik, jadi terdengar nafas ngos-ngosan dari pak Becak. Tapi, beliau tetap lanjut cerita! Wah saya takut bapak ini akan pingsan kehabisan nafas! Hahaha..
Tapi, terimakasih lho pak.. Atas semua cerita menariknya!

Puas berjalan-jalan di seputaran Malioboro dan membeli beberapa oleh-oleh, kami melanjutkan perjalanan, kemana lagi kalau bukan wisata kuliner! Haha...
Pilihan makan malam kami adalah Gudeg Wijilan Yu Djum. Memang di daerah Wijilan ini satu area jualan gudeg semua. Namun, pilihan saya jatuh ke Yu Djum.
Sedapnye...
Favorit saya adalah sambel goreng kreceknya. Rasa Gudeg memang sedap, tapi sebagai orang Jawa Timur yang terbiasa makan sayur nangka pedas dan asin, tentu merasa ini kemanisan. Tapi jika dimakan berbarengan dengan nasi, ayam, areh, dan telur, wah tentu menjadi spesial dan rasa manis itu justru menjadi sangat sedap. Saat menulis ini saya ngiler ingin makan gudeg lagi. Hahaha..

Seperti belum puas, meski perut sudah full, kami masih sempatkan mampir ke es krim legendaris di Jogja. Namanya Tip Top Ice Cream. Tempatnya memang klasik, karena konon sudah ada sejak masa kolonial Belanda.

Sangat klasik ya?

Es krim klasik tentu tidak creamy dan milky seperti es krim jaman sekarang. Teksturnya lebih keras, dan ada sukade (buah kering) di dalamnya. Tapi tetap saja yummy!

Kembali ke hotel dengan perut penuh, membuat kami langsung terkapar dan tidur nyenyak.
Esok paginya, tanpa direncana si Popo mengajak saya ke tugu Jogja. Padahal kami belum mandi nih. Hahaha..






Ternyata lumayan enak juga foto saat pagi, belum ramai. Sehingga tidak ada background orang-orang yang sedang bergerombol.
Setelah foto dengan alaynya (LOL), kami kembali ke hotel. Rencananya, siang itu kami akan berangkat ke Muntilan, ingin ke Borobudur karena terakhir kesana saat saya masih SD. Wahaha..

Karena kami anak mall, ceileh #an4kgawl. Penasaran juga bagaimana mall di Jogja. Kebetulan di dekat hotel ada Jogja City Mall. Mall ini termasuk baru, dengan arsitektur ala eropa.
Setelah check out, kami menuju Jogja City Mall.
Wah saya lumayan terkejut juga, dengan konsep Eropa seperti ini, ternyata di dalamnya musik yang diperdengarkan adalah musik Jawa. What a nice city with a nice culture!
Jadi meski sebentar, namun mampir di mall ini memberi kesan manis dalam perjalanan ini.

On the way Muntilan... Memang tidak jauh jaraknya dari Jogja, jadi kami cukup santai, tidak terburu-buru.
Saya memesan penginapan di guest house sekitar Borobudur. Memang kecil tempatnya, tapi nyaman dan terjangkau.
Sekitar jam 3 sore kami sampai di guest house, rencananya ingin ke borobudur sore itu untuk lihat sunset. Tapi kami ketiduran sehingga Borobudur sudah tutup, huhuhu. Akhirnya kami memutuskan besok pagi saja ke Borobudur.

Esok paginya kami berjalan kaki dari guest house ke candi. Kami kesana pukul 06.00 pagi, ternyata sudah lumayan ramai juga. Setelah membeli tiket, kami masuk ke area candi.







ini di museum, letaknya di dalam komplek candi juga


Ternyata dari pintu masuk ke candi lumayan juga jaraknya, terus saat di pintu keluar juga harus melewati jalan dengan para penjual oleh-oleh di kanan dan kiri. Tidak masalah sih, dan malah jadi rapi, daripada para pedagang berjualan tidak teratur.

Setelah dari Borobudur, kami kembali ke penginapan untuk sarapan, nasi gorengnya enak!
Perut sudah terisi, kami harus melakukan perjalanan lagi. Menjemput bapak ibuk, lalu ke Solo!
Mama Dwi sudah menanti di Solo. Mama Dwi ini sudah seperti saudara bagi bapak ibuk, dan sudah seperti mama bagi saya. Jadi mumpung lagi di Jawa Tengah, kami sempatkan mampir.

Dari muntilan, lalu menuju Delanggu. Setelah berpamitan, kami melanjutkan perjalanan ke Solo.
Sempat nyasar di Solo karena ibuk lupa daratan, eh lupa arah menuju rumah Mama.
Tapi akhirnya bisa sampai dengan selamat.
Malamnya kami jalan-jalan ke Galabo (Gladag Langen Bogan), tempat makan yang berada di tengah jalan. Dulu saat pak Jokowi menjadi walikota, ini merupakan idenya untuk mengumpulkan para penjual makanan ini di satu tempat. Saat siang hari, tempat ini merupakan jalan umum, namun saat malam hari ditutup, dan menjadi tempat berjualan.
Sayangnya saya tidak foto makanan yang saya makan disana (sate buntel, sate kere, serta selat solo)

Setelah makan malam, kami ke semacam pasar malam. Saya lupa namanya, jadi mirip seperti pasar malam jaman masa kecl kita. Pedagang berjualan aneka macam. Saya membeli lulur tradisional dan mama membeli wajik.
Karena sudah malam, kami putuskan untuk pulang saja ke Nusukan dan tidur.

Hari minggu pagi, kebetulan sekali kami pas di Solo, jadi bisa mampir di Car Free Day Solo yang terkenal itu. Membuat saya teringat dengan Pasar Minggu saat dulu kuliah di Malang.
Namun memang CFD di Solo ini sangat banyak penjualnya, namun teratur dan rapi.
Wah saya senang sekali, meski makanan yang dijual juga ada dimana-mana, namun sensasi makan disitu berbeda. Saya makan zuppa soup, lumpia, roti maryam isi, dan nasi liwet untuk Popo.
Dari CFD, saya mengajak mampir ke toko Ganep untuk membeli oleh-oleh roti kecik. Ini khas Solo, tidak ada di tempat lain. Kemudian kami ke Beteng membeli batik untuk sarimbitan saya-Popo, dan mertua.
Setelah dari Beteng, kami berpamitan dengan mama dan oom Ibnu. Meski singkat, tapi kunjungan ke Solo cukup mengobati rasa rindu kami.Wah, pengen ke Solo lagi!

Perjalanan Solo-Mojokerto kami putuskan untuk lewat Tawangmangu. Ingin rasanya melihat hehijauan dan menghirup udara sejuk pegunungan.
Meski jalannya berkelok, namun tetap menyenangkan karena sepanjang jalan mata kami dipuaskan pemandangan yang indah.




Sekitar jam 7 malam kami sampai di Mojokerto, lebih lambat dari perkiraan karena macet di Mengkreng.
Berakhir sudah liburan kali ini (well, hari Seninnya si Popo masih cuti sih buat istirahat).
Thank to God, overall semua sesuai rencana dan liburan ini berjalan dengan sukses!
Terimakasih sudah membaca, sampai jumpa di tulisan saya yang berikutnya.
Kamsahamnida!! ^^

Senin, Agustus 03, 2015

Perjalanan Seru ke Bromo

Halo halo semua... Lagi-lagi lama gak update nih. Hehehe... Maklum kalo penyakit males atau penyakit nge-game kumat, nyalain komputer cuma buat main aja atau nonton drama, Hahaha..
Tapi hari ini ada cerita baru dong, yang pasti seru dan kalau ada yang mau ke Bromo, mungkin bisa jadi gambaran ya...

Hari Jumat, 10 Juli 2015 saya dan suami berangkat dari Mojokerto menuju gunung Bromo. Rencananya sih mau lewat problinggo. Sama-sama belum pernah ke Bromo dan minimnya info, kami nekat berangkat dengan kendaraan pribadi. Jam 9 malam kami berangkat dari Mojokerto mengandalkan google maps sebagai pemandu. Kami sangat bersemangat, sambil membawa bekal martabak mas Bendot :-D
Pokoknya manut saja dengan perintah GMaps, lewat tol ya lewat saja, meski sempat ragu juga sih.

Setelah sampai Pasuruan, keanehan mulai terjadi. Kok jalanan yang kami lewati sepi, tapi karena kami pikir sudah malam ya wajar kalo sepi.
Dengan manut Gmaps, kok jalanan masuk ke perkampungan warga. Terus semakin masuk jalanan menanjak, kami pikir karena menuju gunung maka wajar jalanan seperti itu.
Kami melewati desa perkampungan warga, yang tidak ada PJUnya. Gelaapp dan sepiii... Hanya ada kami dan satu mobil pick up di depan kami, kami ikuti saja mobil itu.
Semakin masuk ke perkampungan, eh ternyata tidak ada jalan pemirsa! Jalanan curam seperti mau ke sungai gitu. Sadarlah kami, kalo kami nyasar! Hoahahaha...
Saat itu kami berada di Sukorejo-Purwoasri. Padahal seharusnya lewat kota Pasuruan lalu ke Probolinggo trus ke Bromo. Ini malah nyasar di daerah yang kami gak tau. Hahaha...

Setelah tau kalo kami nyasar, maka putar baliklah si Popo. Berhubung jalanan tanpa penerangan, kami salah jalan pula saat mbalik. Malah masuk ke gang yang ternyata kuburan! Wakaka... Untunglah saat itu warga banyak yang begadang untuk itikaf. Masjid di desa beda dengan di kota. Saat kami balik itu banyak anak-anak dan remaja yang main bola, ngobrol, di depan masjid. Sambil menunggu sahur mereka asyik main-main. Meski saya gak merayakan, tapi nuansa ramadhan sungguh terasa di desa itu.

Akhirnya setelah nyasar itu, kami menuju Pasuruan. Saya sedikit tertidur dan saat saya membuka mata sudah sampai Pasuruan. Daripada bingung, kami memutuskan bertanya pada pak Polisi saja ke arah mana yang benar.
Terimakasih pak polisi, kami lanjutkan perjalanan menuju Probolinggo. Saat itu saya ketiduran lagi (hehehehe) dan saat bangun sudah dekat dengan area gunung Bromo. Sepanjang jalan banyak yang menawarkan sewa Jeep untuk ke tempat wisatanya.
Tapi karena saat itu masih lumayan jauh dari Bromo, kami tolak saja tawaran itu.

Setelah beberapa saat, kami tiba di pom bensin Bromo. Saya turun untuk ke toilet. Begitu turun dari mobil, brrrr udara dingin menerpa. Hahaha.. Tapi belum terlalu dingin sih. Lagipula saya pakai jaket lengkap. Dari situ kami naik sedikit lagi lalu menyewa kendaraan. Untunglah kami menyewa disitu, karena semakin keatas harga sewa semakin mahal. Dan untung pula kami langsung ketemu sopirnya. Kami ditawari dua tarif Rp 500.000 (dua lokasi) atau Rp 750.000 untuk 4 lokasi. Akhirnya setelah negoisasi kami memilih ke 4 lokasi (penanjakan 1 lihat sunrise, kawah bromo, bukit teletubies, pasir berbisik) dengan tarif Rp 700.000.
Pukul 02:00 kami berangkat menuju penanjakan 1. Perjalanan kurang lebih 1 jam dari tempat kami menyewa jeep tsb.

Menurut teman saya, Ayu, memang sebaiknya berangkat ke penanjakan sebelum jam 3 pagi. Karena nanti akan sult dapat parkir dan berujung pada naik ojek untuk naik (nambah biaya).
Setelah parkir ditempat yang sangat dekat dengan pintu masuk penanjakan, kami pun turun.
nah dari situ mulai deh angin dan udara super dingin menerpa. Padahal saya sudah pakai baju lengan panjang, jaket, topi wol, sarung tangan, kaos kaki, sepatu. Tapi msih sangat kedinginan.
Si Popo akhirnya mengajak saya masuk dulu ke warung dekat situ untuk minum yang hangat2. Sambil menunggu waktu, kan masih lama juga matahari terbitnya.

Setelah beberapa saat duduk di warung, saya dan suami naik ke view spot. Disana sudah ramai orang mau lihat matahari terbit. Banyak bule lagi, saya yang pendek ini mengkerut dong ama tinggi mereka. Maka langsung aja kami ke depan, mumpung masih ada tempat. Kalo ga gitu ntar gak bisa lihat apa2 deh...
Menanti matahari terbit dengan sangat kedinginan, akhirnya yang ditunggu muncul juga... Popo harus naik2 untuk mengambil gambar.
Nih beberapa foto sunrisenya:








Karena dinginnya tak tertahankan lagi, saya bilang kalo gak kuat ke Popo. Jadi saya diantar turun ke warung yang tadi lagi, sambil dipesankan jahe panas. Popo naik lagi karena masih mau ambil foto.
Saya duduk sambil minum di warung. Banyak juga yang beristirahat disitu sambil makan gorengan.
Dingin2 memang paling enak ngemil ya! hahaha..

Sekitar jam setengah 6 matahari sudah terang, Popo memberi tahu kalo bromo sudah kelihatan dan bagus untuk foto. Cuzzz deh saya naik lagi, hehehehe


Tuh Bromo di belakang

Cantiknya Bromo

 Setelah puas foto-foto, kami kembali mencari driver dan jeepnya. Terus perjalanan lanjut menuju kawah Bromo.
Sampai disana banyak kawanan kuda, karena untuk menuju pintu masuk kawah lumayan jauh. Belum lagi harus naik 500 anak tangga yang menuju kawah itu, mungkin karena badan saya kurang fit (trauma kena dingin itu), akhirnya saya memutuskan untuk tidak naik ke kawah.
FYI, disana bau kotoran kuda!

Ini di kawah, tapi kami cuma turun jeep lalu foto, gak naik ke kawah.


Bau kotoran kuda!

 Perjalanan lanjut ke bukit teletubies. Kami jeep pertama yang sampai disana lho, karena mungkin orang-orang masih pada ke kawah.


Bukit teletubies


Yg kelihatan sedikit itu driver kami, namanya mas Bambang.

 Puas foto-foto dan melihat pemandangan di bukit teletubies, kami lanjut ke Pasir Berbisik,
Itu tuh, tempat mbak Dian (Sastro) syuting filmnya... Ya seperti namanya pasir berbisik, sudah pasti tempatnya lautan pasir. Hahaha..









Pasir berbisik merupakan tujuan terakhir dari tur kami. Saat di penanjakan dan di tempat teletubies banyak penjual bunga edelweis dan souvenir lainnya. Tapi saya ogah beli tuh bunga edelweis. Tempatnya paling indah adalah di alam, kalo dirumah ntar kasihan dia kena debu.

Tur berakhir, kami kembali ke parkiran mobil. Si Popo yang semalaman gak tidur siat siut di jeep saat menuju parkiran. Wahahaha... Kasihan popoku..
Setelah membayar jeep, kami ambil mobil. Rencananya kami akan menginap semalam di Surabaya dan baru kembali ke Mojokerto hari Minggu.
Setelah keluar dari kawasan gunung Bromo, kami berhenti dulu di pom bensin untuk istirahat sebentar. Popo dan saya tidur di mobil. Tapi gak bisa tidur lama juga karena Probolinggo terik dan setelah turun dari Bromo malah mata jadi terang. Hehehehe.
Maka kami putuskan lanjut jalan saja menuju Surabaya...

Sampai di Surabaya sudah siang sekali dan lapar. Jadi mampir makan di hokben delta sebentar.
Kami belum pesan penginapan karena kami pikir di Darma dekat unair paling masih ada tempat.
Tapi ternyata di Darma full, jadi kami ke Loxy saja depan kantor Popo.
Lihat kasur langsung tepar deh. Hahaa... Belum mandi tuh itungannya kan terakhir mandi jumat sore sebelum berangkat ke Bromo.
Malamnya kami dinner di mie atroep Ondomohen. Saya sukaaa sekali mie godognya..
nih penampakannya. Rasanya super sekali,, gak heran sudah bertahan bebrapa generasi

Setelah kenyang, kami ke Plaza Surabaya karena dapat sms dari Matahari kalau banyak diskon kosmetik menjelang lebaran. Hehehe... Jadi belanja dulu di matahari, dapat diskon beli 2 gratis 1 di Silky Girl dan Make Over, lumayaann... ^^
Popo juga dapat kemeja batik yang bagus. Sejak kapan hari nyari batik gak ada yang cocok..

Setelah istirahat semalam, hari Minggu kami check out. Mampir ke Cito sebentar, lalu lanjutt menuju Mojokerto...
Huaaah perjalanan yang menyenangkan!!!
Capek pasti lah, tapi sebanding dengan sukacita yang kami rasakan.
Sekian postingan kali ini... Sampai jumpa di cerita seru yang lain!

Kamis, Mei 07, 2015

(Bukan Sekedar) Honeymoon

Annyeonghaseyo... >o<
Momo is back. Kali ini dengan cerita tentang perjalanan honeymoon Popo dan Momo. Tapi tunggu dulu! Ada dua kali perjalanan lho. Meski tempatnya mirip, hehehehe.
oh pasti bakalan panjang postingan Momo ini ya... Hehehehe.

Popo & Momo menikah 3 Januari 2015 (hari sabtu), dan tanggal 5 nya langsung berangkat bulan madu ke Kota Wisata Batu, Popo cuma dapat cuti sedikit jadi daripada nanti-nanti gak sempat lagi, jadi sekalian aja. Saya sudah memesan hotel sejak dua bulan sebelumnya, karena saya pikir ini high season pasti nanti kalo mendadak sulit cari hotel. Setelah searching2 di trivago, akhirnya saya pesan kamar di Pohon Inn, masih satu area dengan Jatim Park 2 (Museum Satwa).

Tanggal 5 kami berangkat pagi dari blitar, sekitar jam 8 pagi. Perjalanan lancar menuju Batu. Tujuan pertama sebelum check in adalah ke Museum Angkut. Tempat wisata ini termasuk baru di Batu. Saya dulu 4 tahun kuliah di Malang, tapi gak pernah kemana-mana, jadi sebenarnya banyak wisata di Batu yg belum saya datangi. Sampai Batu sekitar jam 10, dan ternyata Museum Angkut belum buka. Akhirnya saya dan popo ke Batos (Batu Town Square) saja nyari camilan (hehehe).
Eh lha kok ternyata gak cuma camilan saja yang dibeli di Batos :-D
Sekitar jam 12 saya kembali lagi ke Museum Angkut. Setelah antri tiket yang lumayan panjang juga (padahal Senin), akhirnya saya masuk ke museum. Berikut beberapa fotonya :-D :






Nah habis jalan2 di Museum Angkut yang lumayan juga luasnya itu, ditambah lagi saya beli tiket terusan ke museum topeng, jadi saya dan Popo lumayan dizzy juga deh jadinya. Huhuhuhu. Mengingat kemarinnya kan baru acara resepsi. Lanjut deh meluncur ke hotel Pohon Inn yang sudah dipesan.

Kami mendapat kamar di lantai 3. Pemandangan dari kamar saya adalah kota Batu di kejauhan, dan yang pasti adalah kandang hewan (dari museum satwa). Lucu juga sih, dari kamar terdengar suara hewan-hewan gitu. Konsepnya unik...
Setelah istirahat, malamnya saya dan popo menukarkan kupon welcome drink sekalian makan malam di restoran hotel. Well, masakannya tidak terlalu enak menurut saya. Mostly keasinan...
Tapi semua terbayarkan esok paginya karena menunya enak semua dan saya juga nyaris ambil semua menu yg disajikan. Hahahaha...

Jam 12 siang saatnya check out, saya dan Popo lanjut ke Mojokerto lewat Pacet. Oh iya, sebelumnya kami membeli Burger Buto Long tapi take away. Sepanjang jalur Batu-Pacet banyak sekali penjual apel malang, dan murah-murah! Ada yang sekilo cuma Rp 2000 saja, tapi ya ukurannya kecil. Jalannya berbelok-belok khas pegunungan, tapi indah pemandangannya... Uhuhuhu jadi kangen nih pengen kesana lagi!

Demikianlah honeymoon part I Popo dan Momo ke Kota Wisata Batu. Singkat, tapi senang... Mostly sih karena perjalanannya santai dan pemandangannya indah^^

Selanjutnya honeymoon part II yang baru saja kemarin tgl 1 Mei (long weekend). Gak jauh dari Batu, yaitu Kota Malang. Well, kota ini memang berkesan bagi kami berdua, terutama untuk saya. Saya menulis ini saja rasanya merinding. Tiba-tiba ada perasaan sedikit haru, teringat dulu waktu masih culun jadi maba dengan Kapon dan Wrey.
Lanjut ke cerita...
Kami berangkat pagi pukul 05.30, semula popo pengen berangkat jam 5, tapi molor karena saya jam 4 kebangun lalu tidur lagi dan pulas :-)
Perjalanan ramai lancar, dari Mojokerto kami lewat pasuruan (pandaan). Sekitar pukul 8.15 sudah sampai Malang, kami mampir pom bensin dulu buat ganti kostum >o<

Setelah ganti kostum, kami meluncur ke depot Hok Lay yang sudah ada sejak 1946. Legendaris sekali ya... Sarapan yang menyenangkan :-D

Pangsit Mie. Mienya lembuuttt banget..

Lunpia Semarang dan minumannya Fosco. Harus dicoba!

Seporsi gini Rp 15.000

Mie Pangsit juga Rp 15.000





Popo agak pucat ya... Terlalu excited mau jalan-jalan sih, jadinya malam gak bisa tidur. :-D
Tapi tetap bersemangat kok... Hihihi... Lanjut...
Habis makan kami lalu ke Dieng Atas, ngambil laptop kakak ipar yang diservis disana. (Thanks to google maps)
Kami berencana nonton The Avengers: Age of Ultron jam 12 siang di 21 Matos, tapi berhubung sampai matos sudah jam 12 lebih, akhirnya kami nonton yang jam 13.40.
What a great movie! ^_^

Next, kami check in ke hotel yang juga sudah saya pesan, namanya Paddy City Resort.
Yang unik dari hotel ini memang ada hamparan sawah (sayang waktu itu habis panen), ada sungai, nuansa jawa klasik, dan meski di kota, suasananya sejuk.

Pemandangan dari kamar kami di lantai 3







Setelah istirahat di hotel beberapa saat, lalu kami mandi dan siap-siap jalan lagi. Hohoho...
Teringat perut lapar karena terakhir makan ya di Hok Lay itu... Setelah siap, kami keluar hotel dan menuju The Amsterdam. Menu yang kami pilih Double Sirloin Steak dengan tingkat kematangan medium well (masih terlalu matang menurut saya). Saya pilih pakai brown sauce, dan Popo Blackpepper sauce. Maaf gak ada fotonya karena langsung sikat. Wakakaka...
Oh iya, kami juga pesan French Fries Aglio O lio dan dessertnya Red Velvet Cake (Momo), Tiramisu cake (Popo).

Red Velvet cake per slice Rp 20.000

Red Velvet Cake. Ini beneran juaraaa...


Perut kenyang, hati gembira. Kami tidak langsung pulang, tapi lanjut dulu ke MOG karena mau beli alat olahraga. Setelah urusan di MOG kelar, kami balik ke hotel lagi deh trus ngorok... :-D

Esok paginya kami bangun, dan ke restoran hotel karena ada jatah sarapan seperti biasa. Makanannya biasa sajo, kurang menarik. Tapi ya sesuai sih dengan harga sewa hotelnya. Hihihihi...
After that, kami packing, karena jam 12 sudah harus OUT! (nada Running Man).

Setelah checkout, kami ke Matos lagi karena janjian dengan sahabat saya Dungy dan kekasihnya Kokobi. Disana kami makan mie Kudusan. Waww rasanyoo... Hiks hiks.. pengen lagi.. Saya pilih yg kuah merah pedas Szechuan.
Hmmm Yummyy... Lokasi di lantai paling atas Matos

Popo makan Aiciro

Ayo double date lagiii...

Setelah belanja belenji di Matos kami pun pulang ke Mojokerto. Disini saya ada cerita sedikit mellow (menurut saya sih).
Di depan Matos itu ada tempat angkot untuk ngetem (menunggu penumpang). Dulu, ketika saya dan Popo masih sama-sama kuliah, beberapa kali kami janjian untuk main ke Matos. Mengingat Popo kuliah di Bandung, ya mungkin memang tidak terlalu sering. Namun Matos tetap menjadi tujuan kami kalo kencan saat Popo sudah kerja (penempatan di Surabaya).
Nah, saat itu jika sudah saatnya kami pulang setelah kencan, kami jalan ke angkot2 itu, namun kami naik ke angkot yang berbeda. Jika saya pulang ke kos, saya naik AL, tapi jika saya langsung pulang ke Blitar maka saya naik GL untuk nantinya naik bus di Kacuk. Sedangkan Popo naik AL ke Arjosari untuk naik bus ke Surabaya.
Beberapa kali kami naik bus yang sama menuju Blitar, namun saya selalu turun duluan di depan gang rumah saya. Saat perpisahan setelah kencan ini yang pasti bikin saya sedih. :-D

Kembali ke pangkalan angkot depan Matos. Saat saya keluar dari parkiran, ternyata sedang hujan lebat. Nah, semakin menceloslah hati saya. Dulu seringkali suasananya juga seperti itu saat kami mau pulang seusai kencan. Jika tidak ada payung, kami ngojek payung menuju ke angkot2.
Astaga... Sekarang semua sudah berbeda.. Kami tidak lagi pulang sendiri2, tapi bersama. Kami sudah menikah... Kami pulang menuju rumah kami dan itu bukan di Blitar atau Surabaya. Kami sudah memiliki kendaraan pribadi yang nyaman..
Ya Tuhan.. Betapa saya bersyukur mengingat bagaimana kami dulu pacaran, dana terbatas, jarak memisahkan sangat jauh, tapi kami tetap bersama.
Uhuyy...
Begitulah... Cerita honeymoon saya yang lumayan panjang ini. Hohoho.

Next destination: Jogja!!! Jogja Jogja... Jogja istimewaa...