Halooo yurubun... Mengumpulkan niat untuk nulis ini memang gampang-gampang susah. Kalo lagi rajin bawaannya mau nulis terus, kalau lagi malas wah bisa berbulan-bulan cerita cuma ada di pikiran saja! Hohoho (jangan ditiru ya teman2...)
Kali ini saya mau cerita tentang perjalanan singkat saya ke Jogja dan Muntilan. Yuk lanjut baca! :-D
Biasanya, saya pergi jalan-jalan hanya berdua dengan suami. Tapi kali ini sedikit berbeda, saya pergi bersama kedua orang tua saya. Bapak saya asli orang Delanggu, Klaten. Ibuk saya dari Sragen. Memang sudah 30 tahun lebih tinggal di Blitar sih, jadi bisa dibilang orang Blitar juga, haha. Tapi semua saudara masih di Jawa Tengah. Beberapa bulan yang lalu ibuk sudah ke Sragen, nah di ultah Bapak bulan Agustus kemarin saya janjikan untuk pergi ke Delanggu. Tapi akhir bulan September baru bisa terlaksana.
Kami berencana berangkat dari Mojokerto dengan kendaraan pribadi pada tanggal 24 September dini hari. Jadi, bapak dan ibuk dari Blitar ke Mojokerto terlebih dahulu via kereta tanggal 23 pagi.
Sebelumnya barang-barang yang akan kami bawa sudah saya angkut minggu sebelumnya ketika pulang ke Blitar. Jadi saat naik kereta, Bapak dan Ibuk tidak perlu membawa barang yang berat.
Tanggal 23 sore saya dan Popo menjemput di stasiun Mojokerto.
Kami berencana berangkat jam 2 pagi dari Mojokerto, namun molor akhirnya jam 3 baru berangkat.
Perjalanan menyenangkan karena jalanan sepi. Tidak ada gangguan kemacetan atau yang lainnya. Puji Tuhan. Sekitar pukul 06:30 kami sampai di Sragen, Sejak beberapa waktu memang sudah direncanakan ingin sarapan di Soto Daging Gimo Sragen. Sempat ragu juga buka atau tidak, kan hari itu Idul Adha, orang2 tentu banyak mendapat daging kurban. Tapi ternyata buka, sehinga kami bisa mengisi perut yang lapar ini.
Setelah kenyang, kami lanjutkan perjalanan ke Delanggu. Perjalanan lancar, meski sempat bingung karena oleh google maps dilewatkan jalan kampung. Kira-kira pukul 9 pagi kami sudah sampai di rumah mas Dimin, keponakan bapak. Beliau kaget karena mengira kami akan sampai siang hari.
Setelah mengobrol sejenak, sekitar pukul 10 saya dan suami melanjutkan perjalanan ke Jogja. Bapak dan ibu stay di Delanggu untuk kangen-kangenan.
Perjalanan ke Jogja lancar, belum ada jam 11 sudah sampai di Jogja. Karena sarapan kepagian, tampaknya sudah mulai lapar lagi. Lalu saya mencari di google maps arah ke bakmi Kadin. Sepertinya selalu direkomendasikan jika ke Jogja. Setelah mampir supermarket sebentar, kami langsung ke bakmi Kadin dan pesan mi kuah untuk saya dan mi goreng untuk Popo.
Rasa bakminya memang berbeda, mungkin karena menggunakan telur bebek. Sedap karena dimasak dengan anglo. Tapi, bakmi jawa favorit saya tetaplah mie klunthung Atroep Ondomohen, Surabaya. Hehehe... Ayo Popo ke mie klunthung! #eh
Saya rekomendasikan jika ingin ke bakmi Kadin sebaiknya siang saja, kata teman saya kalau malam rame sekali.
Perut kenyang, lalu kami lanjut check in ke hotel yang sudah saya pesan sebelumnya. Lumayan, beristirahat sejenak sebelum nanti sore ke Malioboro. :-D
Jalan-jalan kali ini memang sengaja kami hanya di sekitaran kota saja. Ke tempat-tempat mainstreamnya Jogja, lagipula memang waktunya singkat. :)
Nanti jika ada waktu lagi, ingin ke pantai-pantai atau wisata alam lainnya.
Sore hari kami berangkat ke Malioboro. Kendaraan kami parkir di dekat bank BNI, dekat dengan benteng Verdeburg. Sebelum jalan-jalan ke Malioboro, saya ke Shoping dulu, lucu ya namanya. Ini merupakan kumpulan penjual buku, letaknya di belakang Taman Pintar.
Saya membeli beberapa buku, dan memang harganya lebih murah daripada di toko buku ternama.
Ternyata di sekitar benteng Verdeburg itu ramai sekali penjual oleh-oleh seperti kaos, aksesoris, dll. Makanan juga banyak. Tapi karena terlalu sore, benteng sudah tutup. Kami cuma foto diluarnya saja.
Setelah berfoto, kami naik becak menuju sisi lain dari Malioboro. Agar lebih enak nantinya ketika pulang, bisa menuju parkiran.
Ada peristiwa lucu saat naik becak ini. Bisa pembaca lihat sendiri bahwa kami pasangan jumbo. Hahaha... Nah, sepertinya memang tukang becak disini senang bercerita. Beliau bercerita tentang kota Jogja, hotel-hotel baru, siapa pemiliknya, objek-objek wisata di Jogja, dll. Padahal jalan saat itu naik, jadi terdengar nafas ngos-ngosan dari pak Becak. Tapi, beliau tetap lanjut cerita! Wah saya takut bapak ini akan pingsan kehabisan nafas! Hahaha..
Tapi, terimakasih lho pak.. Atas semua cerita menariknya!
Puas berjalan-jalan di seputaran Malioboro dan membeli beberapa oleh-oleh, kami melanjutkan perjalanan, kemana lagi kalau bukan wisata kuliner! Haha...
Pilihan makan malam kami adalah Gudeg Wijilan Yu Djum. Memang di daerah Wijilan ini satu area jualan gudeg semua. Namun, pilihan saya jatuh ke Yu Djum.
Favorit saya adalah sambel goreng kreceknya. Rasa Gudeg memang sedap, tapi sebagai orang Jawa Timur yang terbiasa makan sayur nangka pedas dan asin, tentu merasa ini kemanisan. Tapi jika dimakan berbarengan dengan nasi, ayam, areh, dan telur, wah tentu menjadi spesial dan rasa manis itu justru menjadi sangat sedap. Saat menulis ini saya ngiler ingin makan gudeg lagi. Hahaha..
Seperti belum puas, meski perut sudah full, kami masih sempatkan mampir ke es krim legendaris di Jogja. Namanya Tip Top Ice Cream. Tempatnya memang klasik, karena konon sudah ada sejak masa kolonial Belanda.
Es krim klasik tentu tidak creamy dan milky seperti es krim jaman sekarang. Teksturnya lebih keras, dan ada sukade (buah kering) di dalamnya. Tapi tetap saja yummy!
Kembali ke hotel dengan perut penuh, membuat kami langsung terkapar dan tidur nyenyak.
Esok paginya, tanpa direncana si Popo mengajak saya ke tugu Jogja. Padahal kami belum mandi nih. Hahaha..
Ternyata lumayan enak juga foto saat pagi, belum ramai. Sehingga tidak ada background orang-orang yang sedang bergerombol.
Setelah foto dengan alaynya (LOL), kami kembali ke hotel. Rencananya, siang itu kami akan berangkat ke Muntilan, ingin ke Borobudur karena terakhir kesana saat saya masih SD. Wahaha..
Karena kami anak mall, ceileh #an4kgawl. Penasaran juga bagaimana mall di Jogja. Kebetulan di dekat hotel ada Jogja City Mall. Mall ini termasuk baru, dengan arsitektur ala eropa.
Setelah check out, kami menuju Jogja City Mall.
Wah saya lumayan terkejut juga, dengan konsep Eropa seperti ini, ternyata di dalamnya musik yang diperdengarkan adalah musik Jawa. What a nice city with a nice culture!
Jadi meski sebentar, namun mampir di mall ini memberi kesan manis dalam perjalanan ini.
On the way Muntilan... Memang tidak jauh jaraknya dari Jogja, jadi kami cukup santai, tidak terburu-buru.
Saya memesan penginapan di guest house sekitar Borobudur. Memang kecil tempatnya, tapi nyaman dan terjangkau.
Sekitar jam 3 sore kami sampai di guest house, rencananya ingin ke borobudur sore itu untuk lihat sunset. Tapi kami ketiduran sehingga Borobudur sudah tutup, huhuhu. Akhirnya kami memutuskan besok pagi saja ke Borobudur.
Esok paginya kami berjalan kaki dari guest house ke candi. Kami kesana pukul 06.00 pagi, ternyata sudah lumayan ramai juga. Setelah membeli tiket, kami masuk ke area candi.
Ternyata dari pintu masuk ke candi lumayan juga jaraknya, terus saat di pintu keluar juga harus melewati jalan dengan para penjual oleh-oleh di kanan dan kiri. Tidak masalah sih, dan malah jadi rapi, daripada para pedagang berjualan tidak teratur.
Setelah dari Borobudur, kami kembali ke penginapan untuk sarapan, nasi gorengnya enak!
Perut sudah terisi, kami harus melakukan perjalanan lagi. Menjemput bapak ibuk, lalu ke Solo!
Mama Dwi sudah menanti di Solo. Mama Dwi ini sudah seperti saudara bagi bapak ibuk, dan sudah seperti mama bagi saya. Jadi mumpung lagi di Jawa Tengah, kami sempatkan mampir.
Dari muntilan, lalu menuju Delanggu. Setelah berpamitan, kami melanjutkan perjalanan ke Solo.
Sempat nyasar di Solo karena ibuk lupa daratan, eh lupa arah menuju rumah Mama.
Tapi akhirnya bisa sampai dengan selamat.
Malamnya kami jalan-jalan ke Galabo (Gladag Langen Bogan), tempat makan yang berada di tengah jalan. Dulu saat pak Jokowi menjadi walikota, ini merupakan idenya untuk mengumpulkan para penjual makanan ini di satu tempat. Saat siang hari, tempat ini merupakan jalan umum, namun saat malam hari ditutup, dan menjadi tempat berjualan.
Sayangnya saya tidak foto makanan yang saya makan disana (sate buntel, sate kere, serta selat solo)
Setelah makan malam, kami ke semacam pasar malam. Saya lupa namanya, jadi mirip seperti pasar malam jaman masa kecl kita. Pedagang berjualan aneka macam. Saya membeli lulur tradisional dan mama membeli wajik.
Karena sudah malam, kami putuskan untuk pulang saja ke Nusukan dan tidur.
Hari minggu pagi, kebetulan sekali kami pas di Solo, jadi bisa mampir di Car Free Day Solo yang terkenal itu. Membuat saya teringat dengan Pasar Minggu saat dulu kuliah di Malang.
Namun memang CFD di Solo ini sangat banyak penjualnya, namun teratur dan rapi.
Wah saya senang sekali, meski makanan yang dijual juga ada dimana-mana, namun sensasi makan disitu berbeda. Saya makan zuppa soup, lumpia, roti maryam isi, dan nasi liwet untuk Popo.
Dari CFD, saya mengajak mampir ke toko Ganep untuk membeli oleh-oleh roti kecik. Ini khas Solo, tidak ada di tempat lain. Kemudian kami ke Beteng membeli batik untuk sarimbitan saya-Popo, dan mertua.
Setelah dari Beteng, kami berpamitan dengan mama dan oom Ibnu. Meski singkat, tapi kunjungan ke Solo cukup mengobati rasa rindu kami.Wah, pengen ke Solo lagi!
Perjalanan Solo-Mojokerto kami putuskan untuk lewat Tawangmangu. Ingin rasanya melihat hehijauan dan menghirup udara sejuk pegunungan.
Meski jalannya berkelok, namun tetap menyenangkan karena sepanjang jalan mata kami dipuaskan pemandangan yang indah.
Sekitar jam 7 malam kami sampai di Mojokerto, lebih lambat dari perkiraan karena macet di Mengkreng.
Berakhir sudah liburan kali ini (well, hari Seninnya si Popo masih cuti sih buat istirahat).
Thank to God, overall semua sesuai rencana dan liburan ini berjalan dengan sukses!
Terimakasih sudah membaca, sampai jumpa di tulisan saya yang berikutnya.
Kamsahamnida!! ^^
Kali ini saya mau cerita tentang perjalanan singkat saya ke Jogja dan Muntilan. Yuk lanjut baca! :-D
Biasanya, saya pergi jalan-jalan hanya berdua dengan suami. Tapi kali ini sedikit berbeda, saya pergi bersama kedua orang tua saya. Bapak saya asli orang Delanggu, Klaten. Ibuk saya dari Sragen. Memang sudah 30 tahun lebih tinggal di Blitar sih, jadi bisa dibilang orang Blitar juga, haha. Tapi semua saudara masih di Jawa Tengah. Beberapa bulan yang lalu ibuk sudah ke Sragen, nah di ultah Bapak bulan Agustus kemarin saya janjikan untuk pergi ke Delanggu. Tapi akhir bulan September baru bisa terlaksana.
Kami berencana berangkat dari Mojokerto dengan kendaraan pribadi pada tanggal 24 September dini hari. Jadi, bapak dan ibuk dari Blitar ke Mojokerto terlebih dahulu via kereta tanggal 23 pagi.
Sebelumnya barang-barang yang akan kami bawa sudah saya angkut minggu sebelumnya ketika pulang ke Blitar. Jadi saat naik kereta, Bapak dan Ibuk tidak perlu membawa barang yang berat.
Tanggal 23 sore saya dan Popo menjemput di stasiun Mojokerto.
Kami berencana berangkat jam 2 pagi dari Mojokerto, namun molor akhirnya jam 3 baru berangkat.
Perjalanan menyenangkan karena jalanan sepi. Tidak ada gangguan kemacetan atau yang lainnya. Puji Tuhan. Sekitar pukul 06:30 kami sampai di Sragen, Sejak beberapa waktu memang sudah direncanakan ingin sarapan di Soto Daging Gimo Sragen. Sempat ragu juga buka atau tidak, kan hari itu Idul Adha, orang2 tentu banyak mendapat daging kurban. Tapi ternyata buka, sehinga kami bisa mengisi perut yang lapar ini.
Ini sotonya. Bisa ditambah daging/ babat bacem goreng.. Sedap! Seger banget kuahnya. |
Ini dapur di Soto Daging Gimo. Masih sangat tradisional, kan? |
Setelah mengobrol sejenak, sekitar pukul 10 saya dan suami melanjutkan perjalanan ke Jogja. Bapak dan ibu stay di Delanggu untuk kangen-kangenan.
Perjalanan ke Jogja lancar, belum ada jam 11 sudah sampai di Jogja. Karena sarapan kepagian, tampaknya sudah mulai lapar lagi. Lalu saya mencari di google maps arah ke bakmi Kadin. Sepertinya selalu direkomendasikan jika ke Jogja. Setelah mampir supermarket sebentar, kami langsung ke bakmi Kadin dan pesan mi kuah untuk saya dan mi goreng untuk Popo.
Bakmi kuah dan bakmi goreng jawa legendaris |
Saya rekomendasikan jika ingin ke bakmi Kadin sebaiknya siang saja, kata teman saya kalau malam rame sekali.
Perut kenyang, lalu kami lanjut check in ke hotel yang sudah saya pesan sebelumnya. Lumayan, beristirahat sejenak sebelum nanti sore ke Malioboro. :-D
Jalan-jalan kali ini memang sengaja kami hanya di sekitaran kota saja. Ke tempat-tempat mainstreamnya Jogja, lagipula memang waktunya singkat. :)
Nanti jika ada waktu lagi, ingin ke pantai-pantai atau wisata alam lainnya.
Sore hari kami berangkat ke Malioboro. Kendaraan kami parkir di dekat bank BNI, dekat dengan benteng Verdeburg. Sebelum jalan-jalan ke Malioboro, saya ke Shoping dulu, lucu ya namanya. Ini merupakan kumpulan penjual buku, letaknya di belakang Taman Pintar.
Saya membeli beberapa buku, dan memang harganya lebih murah daripada di toko buku ternama.
Beberapa buku yang saya beli |
Ternyata di sekitar benteng Verdeburg itu ramai sekali penjual oleh-oleh seperti kaos, aksesoris, dll. Makanan juga banyak. Tapi karena terlalu sore, benteng sudah tutup. Kami cuma foto diluarnya saja.
Ada peristiwa lucu saat naik becak ini. Bisa pembaca lihat sendiri bahwa kami pasangan jumbo. Hahaha... Nah, sepertinya memang tukang becak disini senang bercerita. Beliau bercerita tentang kota Jogja, hotel-hotel baru, siapa pemiliknya, objek-objek wisata di Jogja, dll. Padahal jalan saat itu naik, jadi terdengar nafas ngos-ngosan dari pak Becak. Tapi, beliau tetap lanjut cerita! Wah saya takut bapak ini akan pingsan kehabisan nafas! Hahaha..
Tapi, terimakasih lho pak.. Atas semua cerita menariknya!
Puas berjalan-jalan di seputaran Malioboro dan membeli beberapa oleh-oleh, kami melanjutkan perjalanan, kemana lagi kalau bukan wisata kuliner! Haha...
Pilihan makan malam kami adalah Gudeg Wijilan Yu Djum. Memang di daerah Wijilan ini satu area jualan gudeg semua. Namun, pilihan saya jatuh ke Yu Djum.
Sedapnye... |
Seperti belum puas, meski perut sudah full, kami masih sempatkan mampir ke es krim legendaris di Jogja. Namanya Tip Top Ice Cream. Tempatnya memang klasik, karena konon sudah ada sejak masa kolonial Belanda.
Sangat klasik ya? |
Es krim klasik tentu tidak creamy dan milky seperti es krim jaman sekarang. Teksturnya lebih keras, dan ada sukade (buah kering) di dalamnya. Tapi tetap saja yummy!
Kembali ke hotel dengan perut penuh, membuat kami langsung terkapar dan tidur nyenyak.
Esok paginya, tanpa direncana si Popo mengajak saya ke tugu Jogja. Padahal kami belum mandi nih. Hahaha..
Ternyata lumayan enak juga foto saat pagi, belum ramai. Sehingga tidak ada background orang-orang yang sedang bergerombol.
Setelah foto dengan alaynya (LOL), kami kembali ke hotel. Rencananya, siang itu kami akan berangkat ke Muntilan, ingin ke Borobudur karena terakhir kesana saat saya masih SD. Wahaha..
Karena kami anak mall, ceileh #an4kgawl. Penasaran juga bagaimana mall di Jogja. Kebetulan di dekat hotel ada Jogja City Mall. Mall ini termasuk baru, dengan arsitektur ala eropa.
Setelah check out, kami menuju Jogja City Mall.
Wah saya lumayan terkejut juga, dengan konsep Eropa seperti ini, ternyata di dalamnya musik yang diperdengarkan adalah musik Jawa. What a nice city with a nice culture!
Jadi meski sebentar, namun mampir di mall ini memberi kesan manis dalam perjalanan ini.
On the way Muntilan... Memang tidak jauh jaraknya dari Jogja, jadi kami cukup santai, tidak terburu-buru.
Saya memesan penginapan di guest house sekitar Borobudur. Memang kecil tempatnya, tapi nyaman dan terjangkau.
Sekitar jam 3 sore kami sampai di guest house, rencananya ingin ke borobudur sore itu untuk lihat sunset. Tapi kami ketiduran sehingga Borobudur sudah tutup, huhuhu. Akhirnya kami memutuskan besok pagi saja ke Borobudur.
Esok paginya kami berjalan kaki dari guest house ke candi. Kami kesana pukul 06.00 pagi, ternyata sudah lumayan ramai juga. Setelah membeli tiket, kami masuk ke area candi.
ini di museum, letaknya di dalam komplek candi juga |
Ternyata dari pintu masuk ke candi lumayan juga jaraknya, terus saat di pintu keluar juga harus melewati jalan dengan para penjual oleh-oleh di kanan dan kiri. Tidak masalah sih, dan malah jadi rapi, daripada para pedagang berjualan tidak teratur.
Setelah dari Borobudur, kami kembali ke penginapan untuk sarapan, nasi gorengnya enak!
Perut sudah terisi, kami harus melakukan perjalanan lagi. Menjemput bapak ibuk, lalu ke Solo!
Mama Dwi sudah menanti di Solo. Mama Dwi ini sudah seperti saudara bagi bapak ibuk, dan sudah seperti mama bagi saya. Jadi mumpung lagi di Jawa Tengah, kami sempatkan mampir.
Dari muntilan, lalu menuju Delanggu. Setelah berpamitan, kami melanjutkan perjalanan ke Solo.
Sempat nyasar di Solo karena ibuk lupa daratan, eh lupa arah menuju rumah Mama.
Tapi akhirnya bisa sampai dengan selamat.
Malamnya kami jalan-jalan ke Galabo (Gladag Langen Bogan), tempat makan yang berada di tengah jalan. Dulu saat pak Jokowi menjadi walikota, ini merupakan idenya untuk mengumpulkan para penjual makanan ini di satu tempat. Saat siang hari, tempat ini merupakan jalan umum, namun saat malam hari ditutup, dan menjadi tempat berjualan.
Sayangnya saya tidak foto makanan yang saya makan disana (sate buntel, sate kere, serta selat solo)
Setelah makan malam, kami ke semacam pasar malam. Saya lupa namanya, jadi mirip seperti pasar malam jaman masa kecl kita. Pedagang berjualan aneka macam. Saya membeli lulur tradisional dan mama membeli wajik.
Karena sudah malam, kami putuskan untuk pulang saja ke Nusukan dan tidur.
Hari minggu pagi, kebetulan sekali kami pas di Solo, jadi bisa mampir di Car Free Day Solo yang terkenal itu. Membuat saya teringat dengan Pasar Minggu saat dulu kuliah di Malang.
Namun memang CFD di Solo ini sangat banyak penjualnya, namun teratur dan rapi.
Wah saya senang sekali, meski makanan yang dijual juga ada dimana-mana, namun sensasi makan disitu berbeda. Saya makan zuppa soup, lumpia, roti maryam isi, dan nasi liwet untuk Popo.
Dari CFD, saya mengajak mampir ke toko Ganep untuk membeli oleh-oleh roti kecik. Ini khas Solo, tidak ada di tempat lain. Kemudian kami ke Beteng membeli batik untuk sarimbitan saya-Popo, dan mertua.
Setelah dari Beteng, kami berpamitan dengan mama dan oom Ibnu. Meski singkat, tapi kunjungan ke Solo cukup mengobati rasa rindu kami.Wah, pengen ke Solo lagi!
Perjalanan Solo-Mojokerto kami putuskan untuk lewat Tawangmangu. Ingin rasanya melihat hehijauan dan menghirup udara sejuk pegunungan.
Meski jalannya berkelok, namun tetap menyenangkan karena sepanjang jalan mata kami dipuaskan pemandangan yang indah.
Sekitar jam 7 malam kami sampai di Mojokerto, lebih lambat dari perkiraan karena macet di Mengkreng.
Berakhir sudah liburan kali ini (well, hari Seninnya si Popo masih cuti sih buat istirahat).
Thank to God, overall semua sesuai rencana dan liburan ini berjalan dengan sukses!
Terimakasih sudah membaca, sampai jumpa di tulisan saya yang berikutnya.
Kamsahamnida!! ^^